KONEKSI ANTAR MATERIMODUL 3.1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN
OLEH
MOHDI YULIANTO PRABOWO, S.Pd., Gr.
CGP ANGKATAN 5 KELAS 05.148
KAB.TUBAN JAWA TIMUR
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Kutipan di atas mengingatkan kita sebagai guru bahwa mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik adalah hal yang baik, akan tetapi mengajarkan mereka tentang karakter adalah yang paling penting.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Patrap triloka yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Semboyan tersebut artinya adalah “di depan memberi teladan”, “di tengah membangun motivasi”, dan “di belakang memberikan dukungan”. Ketiga semboyan ciptaan beliau seolah-olah tak lekang oleh zaman artinya semboyan tersebut masih sesuai dengan keadaan sekarang di tengah derasnya arus perkembangan informasi dan teknologi. Seorang pemimpin pembelajaran haruslah memberikan suri tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang yang dipimpin terhadap dirinya. Pemimpin pembelajaran harus mampu membangun motivasi dan kerjasama dengan orang yang dipimpinnya, sehingga diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus orangtua di sekolah dan juga mampu memotivasi peserta didik agar terampil dalam mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya. Seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan dukungan maupun dorongan kepada murid untuk memberikan kesempatan pada murid agar lebih maju sehingga bisa membantu murid dalam melejitkan seluruh potensi yang dimilikinya.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita akan berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai tersebut mempunyai pengaruh pada perilaku seseorang melalui sikap, kemudian berpengaruh pada perilaku akhir mereka. Tindakan atau perbuatan manusia mempunyai hubungan yang konsisten dengan nilai yang dianutnya. Nilai yang dimiliki oleh seorang guru seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid akan mempengaruhi guru dalam bersikap ketika menghadapi masalah dan mengambil keputusan dari kasus yang dihadapinya, baik dilema etika maupun bujukan moral. Nilai ini juga akan mempengaruhi prinsip apa yang akan digunakan ketika mengambil keputusan, Prinsip tersebut ada 3, yaitu: Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya?
Untuk memudah seorang guru dalam pengambilan keputusan yang tepat yaitu keputusan yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman seorang guru harus memilki kemampuan coaching (pembimbingan). Salah satu model coaching yang mudah untuk dipahami dan dijalankan adalah coaching model TIRTa yang tahapannya terdiri dari Tujuan, Identifikasi Masalah, Rencana Aksi dan Tanggung jawab. Coaching model TIRTa ini merupakan salah satu model coaching yang dikembangkan untuk dapat membantu seorang guru atau coach dalam menuntun murid (coachee) menemukan potensi yang dimilikinya dengan memanfaat komunikasi positif melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang dapat membuat murid menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya. Agar mampu mengembangkan coaching model ini, tentunya guru harus memiliki kemampuan komunikasi efektif sehingga mampu mengembangkan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang mampu menuntun murid dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Melalui coaching, pengambilan keputusan yang telah diambil dapat direfleksikan kembali sehingga menjadi keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan karena setiap keputusan yang diambil sebagai pemimpin pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap masa depan murid kita.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Pada saat pengambilan keputusan dilakukan, seorang guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional agar proses pengambilan keputusan dilakukan dengan kesadaran penuh, sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang akan terjadi. Ketika seorang guru telah menguasai pengetahuan dan keterampilan serta sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional, maka di saat keputusan diambil, tujuan yang diharapkan adalah tujuan positif, keputusan yang diambil adalah keputusan yang bertanggung jawab. Kesadaran akan aspek sosial emosional di saat mengambil keputusan juga dapat menekan perilaku seorang guru terutama saat dihadapkan permasalahan yang mengandung dilema etika. Di saat guru dihadapkan pada kasus tertentu yang menuntutnya untuk memberi keputusan, mekanisme otak akan mengarahkan diri untuk berhenti, kemudian menarik nafas panjang, hingga memberikan waktu untuk memahami dengan baik kasus yang dihadapi. Guru juga akan mencari tahu apa yang dirasakan murid dan mau mendengarkan dengan penuh perhatian. Respon guru yang berkesadaran penuh inilah yang akan mempengaruhi keputusan yang diambil.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Dalam menjalankan perannya, sebagai seorang pendidik tentunya akan selalu dihadapkan pada situasi masalah yang mengandung dilema etika maupun bujukan moral. Ketika mengalami situasi ini, maka diperlukan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga pendidik bisa mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Pengambilan keputusan ini tentunya tergantung/dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik. Nilai-nilai yang dianut ini akan memberikan pengaruh kepada cara kita dalam mengambil keputusan. Sebagai seorang pendidik, nilai-nilai yang kita miliki akan mempengaruhi keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan banyak hal dan melalui beberapa langkah pengujian keputusan sebelum benar-benar membuat keputusan.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat tentunya akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi lingkungan sekitar. Berdasarkan materi yang sudah kita pelajari pada modul 3.1 ini, untuk pengambilan keputusan yang tepat setidaknya melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian yang harus dilakukan sebelum pengambilan keputusan. Harapannya setelah melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan ini maka akan didapatkan keputusan terbaik dengan resiko yang sekecil-kecilnya sehingga akan tercipta suasana baik, kehidupan yang harmonis dan pada akhirnya akan tercipta lingkungan positif yang kondusif, aman dan nyaman.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan-tantangan di lingkungan saya untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika pasti ada. Tantangan ini berkaitan erat dengan perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah mengakar puluhan tahun lamanya. Tantangan tersebut adalah berhubungan dengan sistem yang memaksa pengambilan keputusan yang dilakukan dengan tergesa-gesa sehingga keputusan tersebut kurang menunjukkan keberpihakan pada murid. Tantangan berikutnya berhubungan erat dengan kurangnya komitmen bersama dalam berpartisipasi untuk mengambil keputusan dalam penyelesaian masalah dan komitmen untuk menjalankan hasil dari keputusan bersama. Selain itu, sulitnya menyatukan pendapat banyak orang yang mempunyai pandangan berbeda pasti membawa tantangan tersendiri, hal ini berarti akan tetap ada pihak yang tidak puas terhadap keputusan yang sudah diambil.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Keputusan haruslah bermuara pada keberpihakan pada murid. Ketika sebuah keputusan dibuat dengan mengedepankan kepentingan dan kebutuhan murid maka akan terwujud pengajaran yang memerdekakan murid. Untuk mengakomodasi potensi murid kita yang berbeda-beda, pembelajaran berdiferensiasi adalah solusinya. Apabila seorang guru telah memutuskan dan memilih pembelajaran yang berdiferensiasi, dimana kebutuhan peserta didik dapat terakomodasi secara keseluruhan, maka pengajaran yang memerdekaan murid-murid akan tercapai.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Guru dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harusnya memikirkan kebutuhan murid dan keberpihakannya pada murid. Setiap keputusan yang diambil harusnya berdasarkan pada pemetaan kebutuhan belajar murid, sehingga dapat menggali potensi yang dimiliki dengan mampu mengembangkan kemampuan yang sesuai dengan bakat minatnya serta selaras dengan kodrat alam kodrat zamannya. Seorang pemimpin pembelajaran yang mengambil keputusan dengan tepat dengan keberpihakannya pada murid akan menciptakan kondisi ideal yang memberikan dampak akhir mewujudkan pembelajaran yang well-being untuk masa depan yang lebih baik.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Patrap triloka yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani adalah suatu pedoman/panduan yang bisa digunakan oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk mengambil keputusan untuk pembelajaran yang dilakukannya.
Nilai-nilai dan peran kita sebagai pemimpin pembelajaran akan mempengaruhi keputusan yang kita ambil, semakin baik nilai yang ada dalam seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran maka keputusan yang diambil akan semakin bijak dan baik. Nilai akan mempengaruhi cara kita dalam mengambil keputusan, dan prinsip apa yang akan kita gunakan.
Pengambilan keputusan yang tepat akan menciptakan suasana yang kondusif, lingkungan yang positif yang akan mewujudkan kemerdekaan dalam belajar yang akan mendukung murid untuk melakukan merdeka belajar. Untuk mengakomodasi potensi murid kita yang berbeda-beda, pembelajaran berdiferensiasi adalah solusinya. Apabila seorang guru telah memutuskan dan memilih pembelajaran yang berdiferensiasi, dimana kebutuhan peserta didik dapat terakomodasi secara keseluruhan, maka pengajaran yang memerdekaan murid-murid akan tercapai
Keterampilan guru dalam menerapkan KSE dalam pembelajaran, maupun dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan pengaruh yang positif dalam mengambil keputusan yang tepat. Keterampilan coaching akan membantu guru dalam membuat keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan karena setiap keputusan yang diambil sebagai pemimpin pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap masa depan muridnya.
Dalam menjalankan perannya, sebagai seorang pendidik tentunya akan selalu dihadapkan pada situasi masalah yang mengandung dilema etika maupun bujukan moral. Ketika mengalami situasi ini, maka diperlukan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga pendidik bisa mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang sekecil-kecilnya dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi banyak orang.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Setelah mempelajari modul 3.1 saya menjadi lebih mampu memahami dan menganalisis kasus yang termasuk dalam bujukan moral (kondisi benar lawan salah, berhubungan dengan aturan/hukum) dan dilema etika (kondisi benar lawan benar, terkadang menjadi dua sisi benar namun saling bertentangan).
Dalam pengambilan keputusan terdapat 4 paradigma dilema etika yang dapat digunakan yaitu paradigma individu lawan masyarakat, paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan, paradigma kebenaran lawan kesetiaan, dan paradigma jangka pendek lawan jangka panjang. Paradigma ini digunakan dalam mempertajam analisis mengenai sebuah kasus berdasarkan nilai-nilai yang saling bertentangan.
Selain paradigma, saya juga memahami mengenai 3 prinsip pengambian keputusan yaitu prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end-based thinking), berpikir berbasis peraturan (rules-based thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking). Prinsip ini digunakan sebagai arah pengambilan keputusan yang akan diambil menuju keputusan yang paling sesuai.
Untuk 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan terdiri dari : mengenalai nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa saja yang terlibat, kumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar dan salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan), pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilema, membuat keputusan dan tinjau lagi keputusan dan refleksikan.
Hal yang diluar dugaan selama saya mempelajari modul 3.1 adalah adanya sekat tipis yang kadang membuat saya sulit membedakan antara bujukan moral dan dilema etika. Pada awal mempelajari modul ini saya merasa terjebak saat sedang menganalisis sebuah kasus terkait bujukan moral yang saya identifikasi sebagai dilema etika. Ketika kita dihadapkan pada sebuah kasus dan diharapkan mampu mengambil keputusan yang tepat maka kita perlu menggunakan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga kita bisa mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang sekecil-kecilnya dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi banyak orang.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah dihadapkan pada masalah yang berhubungan dengan dilema etika, tetapi bukan sebagi pemimpin. Sebelumnya, saya belum tahu prinsip apa yang saya gunakan. Setelah mempelajari modul ini, ternyata saya pernah menggunakan 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end-based thinking), berpikir berbasis peraturan (rules-based thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking) dengan kasus yang berbeda-beda.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak nyata yang saya rasakan adalah saya lebih mampu menganalisis kasus/masalah yang dihadapi termasuk dalam bujukan moral atau dilema etika sehingga akan lebih memudahkan arah saya dalam pengambilan keputusan yang tepat sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Saya akan berusaha menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga bisa mengambil keputusan yang paling tepat.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Dengan mempelajari topik modul 3.1 saya menjadi lebih memahami jika dalam proses pengambilan sebuah keputusan perlu dilakukan dengan alur yang jelas dan runtut, dan langkah awal paling penting adalah mengidentifikasi masalah tersebut termasuk dalam bujukan modal atau dilema etika sehingga akan memudahkan arah dan tujuan pengambilan keputusan agar tidak membuat kita terjebak dalam kondisi yang salah yang membuat pengambilan keputusan juga tidak tepat. Jadi mempelajari topik modul ini bagi saya sebagai seorang individu dan seorang pemimpin sangatlah penting.