RESENSI BUKU

“Imung Detektif Cilik”

Identitas Buku

Judul : Imung Detektif Cilik

Penulis : Arswendo Atmowiloto

Jumlah Halaman : 271 halaman (v + 266 halaman)

Penerbit : Plot Point Publishing

Tahun Terbit : 2014

Awal mula tokoh “Imung” itu ada dan tercetus. Menurut yang memiliki nama asli Sarwendo ini mengungkapkan. “Tokoh Imung itu berawal dari adiknya yang cadel memanggil namanya. Sebenarnya namanya adalah Mulyadi. Karena adiknya tidak bisa mengucapkan dengan tepat—sering memanggil Mung…Mung…akhirnya lama-lama menjadi Imung,” ucapnya panjang lebar dalam sesi diskusi novel dektektif “Imung” saat itu.

Ya, sosok “Imung” dalam novel ini memang sangat dominan sebagai anak yang cerdik dan cerdas. Selalu bisa menuntaskan segala permasaahan yang ada. Bisa memecahkan teka-teki atau misteri bila ada seseorang atau temannya yang membutuhkan barang/sesuatu yang hilang atau dicuri. Imunglah yang jadi menjadi dewa penolongnya. Sebab Imung bisa memberikan solusinya. Alias, bisa mencari bukti atau menemukan barang itu kembali yang tadinya hilang maupun dicuri dengan caranya sendiri. Itu sudah ia mulai dari bangku SD, masih berseragam putih-merah.

Imung sudah jadi detektif SMP yang terkenal. Kini kasus yang dia hadapi bukan lagi kasus-kasus dari orang terdekatnya, kasus dari polisi, melainkan juga kasus-kasus dari orang yang tahu keahliannya dari majalah dan koran.

Seperti kasus hilangnya burung cucak rawa milik tante Mohtar yang Imung kagumi hingga kasus penculikan Tunggadewi, penyanyi terkenal, yang diduga ada hubungannya dengan teror dari kelompok bersandi Operasi Lintah yang sebelumnya meresahkan warga Tokyo, Manila, dan Hongkong.

Teka-teki dalam semua kasus yang Imung hadapi kali ini semakin rumit dan membuat Imung bekerja lebih keras lagi. Masih bersama kolonel Suyitman, Kapten Simatupang, Sopir Jayus, Mayor Sulaeman, Helena, dan kini juga dengan tante Mohtar, petualangan Imung di Jakarta terus berlanjut.

Keunggulan dari buku ini sebenarnya sudah sangat bagus dari penempatan barisnya, dan juga menggunakan kertas yang agak kuning, sehingga membuat mata pembaca nyaman.

Untuk kekurangan saya rasa terletak dibagian halaman buku yang terbilang tebal, sehingga membuat para pembaca ‘malas’ membaca.

Saya tidak akan memberikan kritik dan saran karena menurut saya tidak ada yang perlu dikritik dari buku ini. Namun, saya akan memberikan saran agar penulis merangkum ceritanya agar buku tidak terlihat tebal.

NADIANA DWI MEYLAWATI

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top